Asam Lambung Naik? Jangan Panik, Kenali Ciri-ciri dan Penanganannya!

Angka GERD atau kondisi tergolong cukup tinggi di Indonesia. Karena itu, kamu wajib mengetahui ciri-ciri asam lambung dan penanganannya yang tepat.

Tahukah kamu? Penyakit asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah gangguan pada sistem pencernaan manusia, di mana asam lambung dan isi perut mengalir kembali ke kerongkongan atau esofagus.

Berbeda dengan maag yang hanya terjadi di lambung, ciri-ciri asam lambung atau GERD yang utama adalah rasa panas di dada dan rasa pahit di mulut. Ciri lainnya adalah munculnya rasa mual-mua

Berita baiknya, maag dan asam lambung atau GERD bukanlah penyakit seumur hidup, sehingga bisa disembuhkan. Nah, seperti apa penanganannya yang tepat? Baca terus artikel ini, ya.

Ciri-ciri Asam Lambung

Jumlah penderita penyakit asam lambung atau GERD di Indonesia dapat dikatakan cukup tinggi, yaitu sekitar 4.9% atau sekitar 30.154 jiwa. Selain rasa terbakar pada ulu hati dan rasa mual, mereka yang mengalami penyakit asam lambung biasanya akan mengalami gejala seperti berikut ini:

  • Kesulitan saat menelan
  • Terasa ada benjolan di tenggorokan
  • Bagian belakang mulut terasa asam atau pahit
  • Munculnya gejala batuk atau sesak napas
  • Berat badan menurun
  • Gangguan pada pola tidur

Penting untuk diketahui bahwa ciri-ciri asam lambung atau GERD kadang-kadang bisa disalahartikan dengan serangan jantung karena keduanya bisa menimbulkan rasa perih di dada dan nyeri ulu hati. Namun, ada perbedaan antara keduanya.

Nyeri ulu hati akibat serangan jantung biasanya terjadi di bagian tengah atau kiri dada. Rasa sakit ini bisa datang dan pergi, dan tingkat keparahannya bisa berkisar dari ringan hingga berat. Biasanya, gejala ini muncul setelah melakukan aktivitas fisik.

Sementara itu, nyeri ulu hati yang disebabkan oleh asam lambung umumnya terjadi di bagian tengah dada atau tepat di belakang tulang dada, dan cenderung terasa lebih berat saat berbaring.

Penyebab Asam Lambung

Lalu, apa sebenarnya penyebab penyakit asam lambung atau GERD? Penyakit asam lambung terjadi karena otot di bagian bawah kerongkongan (otot LES) melemah. Otot ini seharusnya berkontraksi dan menutup pintu masuk ke kerongkongan setelah makanan masuk ke lambung. Jika otot ini melemah, pintu masuk ke kerongkongan tetap terbuka dan asam lambung dapat berpotensi naik kembali ke kerongkongan.

Selain karena melemahnya otot LES, asam lambung juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko berikut ini:

  • Obesitas
  • Usia lebih dari 40 tahun
  • Jenis kelamin (wanita lebih rentan terkena asam lambung)
  • Ras (masyarakat India lebih sering mengalami GERD)
  • Kehamilan
  • Kebiasaan merokok
  • Diabetes
  • Asma
  • Riwayat keluarga dengan GERD
  • Status ekonomi
  • Pola makan

Pola makan juga sangat mempengaruhi risiko terkena asam lambung, lho. Pada sebagian orang, risiko mengalami asam lambung atau GERD dapat membesar karena dipicu oleh makanan tertentu seperti bawang, saus tomat, mint, minuman berkarbonasi, cokelat, kafein, makanan pedas, makanan berlemak, alkohol, atau kebiasaan makan dalam porsi yang terlalu banyak.

8 Tips Agar Asam Lambung Tidak Mudah Naik

Penyakit asam lambung atau GERD dapat membuatmu tidak nyaman sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Nah, jika kamu pernah mengalami beberapa gejala di atas, ada beberapa tips yang bisa kamu terapkan untuk mencegah agar asam lambung tidak naik lagi, yaitu:

  1. Makan dengan porsi secukupnya dan jangan terburu-buru

    Kondisi perut yang terlalu penuh dapat mendorong asam lambung naik. Cobalah untuk mengatur porsi makan secukupnya, makan dengan perlahan, dan berhenti jika merasa sudah cukup kenyang.

  2. Kurangi makanan yang memicu naiknya asam lambung

    Jika memiliki riwayat asam lambung, kamu disarankan untuk menghindari atau mengurangi makanan seperti:

    • Daun mint
    • Makanan berlemak
    • Makanan pedas
    • Tomat
    • Bawang-bawangan
    • Kopi
    • Teh
    • Cokelat
    • Alkohol
  3. Hindari berbaring setelah makan

    Seringkali setelah makan, datang rasa kantuk sehingga kita memilih untuk santai dan berbaring. Kebiasaan ini sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan risiko kambuhnya asam lambung. Saat tubuh berada dalam posisi duduk atau berdiri, gravitasi dapat membantu menjaga asam tetap berada di dalam perut.

  4. Tidur dengan kepala lebih tinggi dari kaki

    Saat tidur, idealnya kepala berada enam hingga delapan inci lebih tinggi dari kaki. Namun, hindari menumpuk bantal, ya. Pilihlah bantal khusus untuk penderita asam lambung atau GERD. Jika perlu, berkonsultasilah dengan dokter untuk memilih bantal yang tepat.

  5. Kurangi konsumsi minuman berkarbonasi

    Minuman berkarbonasi memiliki kandungan zat asam yang dapat mengganggu sistem pencernaan dan membuat asam lambung naik. Saat mengonsumsi minuman berkarbonasi, kita akan mudah bersendawa, yang justru dapat memicu naiknya asam lambung dari perut ke saluran pencernaan.

  6. Hindari olahraga berat sesudah makan

    Hindari olahraga seperti lari, basket, tenis dan jenis olahraga berat lainnya selama beberapa jam sesudah makan. Olahraga yang melibatkan gerakan membungkuk dapat menyebabkan asam lambung kembali masuk ke kerongkongan. Sebaliknya, kamu bisa melakukan olahraga ringan seperti jalan santai.

  7. Jaga berat badan di angka ideal

    Berat badan di atas berat ideal akan memberi tekanan ekstra ke bagian perut. Hal ini dapat meningkatkan risiko naiknya lebih banyak asam lambung ke kerongkongan, sehingga menyebabkan mulas, sendawa, nyeri ulu hati, dan ciri-ciri asam lambung lainnya.

  8. Jangan merokok

    Merokok tidak baik untuk kesehatan secara umum, termasuk bagi mereka yang memiliki asam lambung atau GERD. Faktanya, kerongkongan dilindungi dari asam lambung oleh sebuah cincin otot yang disebut sfingter esofagus. Nah, merokok dapat melemahkan cincin otot ini sehingga memperbesar risiko memburuknya gejala asam lambung atau GERD.

Tangani Asam Lambung dengan Obat yang Tepat

Setelah mengetahui cara mencegah naiknya asam lambung, kamu juga sebaiknya mengetahui cara menangani gejala asam lambung. Salah satunya, adalah dengan memilih obat yang tepat. Ini penting, agar gejala asam lambung atau GERD tidak mengganggu aktivitas kita sehari-hari.

Sebelumnya, jika kamu merasa mengalami gejala-gejala asam lambung atau GERD seperti yang disebutkan di atas, kamu disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosa yang tepat. Dokter pun nantinya dapat memberikan resep yang sesuai dengan kondisi yang sedang kamu alami.

Salah satu jenis obat yang umum diresepkan oleh dokter untuk mengatasi asam lambung atau GERD adalah Proton Pump Inhibitor (PPI). PPI adalah kelompok obat yang dapat berperan dalam pengurangan produksi asam lambung. Ada 5 jenis obat yang termasuk dalam golongan PPI, yaitu lansoprazole, omeprazole, pantoprazole, rabeprazole, dan esomeprazole.

Jangan lupa, konsumsi obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan, agar obat PPI dapat bekerja dengan optimal. Segeralah konsultasi ke dokter jika gejala asam lambung atau GERD tidak membaik.

Terakhir, selain mengatasi GERD dengan obat, kamu sebaiknya melakukan juga tindakan pencegahan dengan menerapkan tips-tips gaya hidup sehat yang sudah dipaparkan dalam artikel ini. Semoga bermanfaat!

Artikel terkait:

  • GERD dan Naiknya Asam Lambung ke Tenggorokan
  • Gejala GERD Kronis
  • Cara Mengatasi Penyakit GERD

Sumber:

Kementerian Kesehatan Indonesia. GERD: Meskipun Biasa Terjadi pada Pencernaan Manusia, Jika Tidak Tertangani dengan Benar Apakah Bisa Berbahaya? Diakses pada 27 Desember 2023 dari https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2423/gerd-meskipun-biasa-terjad...

Varid, Katon Abdul. 1 Februari 2023. Gambaran Karakteristik Penderita Penyakit GERD (gastroesophageal Reflux Disease) Yang Berobat Di Puskesmas Kawatuna Kelurahan Kawatuna, Kota Palu. Diakses pada tanggal 20 Desember 2023, dari https://repository.untad.ac.id/8650/

Tarigan, Ricky C. and Pratomo, Bogi (2019) "Gastroesophageal Reflux Risk Factor Analysis at Saiful Anwar Hospital in Malang," Jurnal Penyakit Dalam Indonesia: Vol. 6: Iss. 2, Article 5. Diakses pada 20 Desember 2023, dari https://scholarhub.ui.ac.id/jpdi/vol6/iss2/5

Healthline. 30 Juni 2023. Everything You Need to Know About Acid Reflux and GERD. Diakses pada 20 Desember 2023, dari https://www.healthline.com/health/gerd

Medical News Today. 24 April 2019. "Is This Chest Pain from GERD or A Heart Attack?" Diakses pada 20 Desember 2023, dari https://www.medicalnewstoday.com/articles/325019

Rafsanjani, Ichsan. et all. Imaging pada Gastroesogafagial Reflux Disease. Diakses pada 20 Desember 2023, dari https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/12756/Agus.pdf?...

Harvard Health Publishing. 22 Mei 2023. 9 At-Home Treatments for Acid Reflux. Diakses pada 20 Desember 2023, dari https://www.health.harvard.edu/newsletter_article/9-ways-to-relieve-acid...

Healthline. 6 Juni 2023. 14 Ways to Prevent Heartburn and Acid Reflux (GERD). Diakses pada 20 Desember 2023, dari https://www.healthline.com/nutrition/heartburn-acid-reflux-remedies#fa-qs

UChicago Medicine. GERD and Obesity, Diakses pada 27 Desember 2023 dari https://www.uchicagomedicine.org/conditions-services/esophageal-diseases...

National Library of Medicine. Januari 2019. Optimal PPI Dosing for Improving GERD Symptoms. Diakses pada 21 Desember 2023, dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6447055/

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 22 July 2022. "Gejala GERD yang Disebut Asam Lambung Kronis, Apa yang Harus Dihindari?" Diakses pada 21 Desember 2023, dari https://fk.ui.ac.id/infosehat/gejala-gerd-yang-disebut-asam-lambung-kron...

John Hopkins Medicine. Smoking and the Digestive System. Diakses pada 27 Desember 2023 dari https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/smoking-a...

Mylanta.Pertanyaan Umum. Diakses pada 5 Januari 2024 dari https://www.mylanta.co.id/faq

Harvard Health Publishing. Proton-pump inhibitors: What you need to know. Diakses pada 23 Januari 2024 dari https://www.health.harvard.edu/newsletter_article/proton-pump-inhibitors

Citation

Citation Footnote 1 & 2:

Pada masyarakat awam, penyakit GERD sering disamakan dengan Maag karena sama-sama mengalami permasalahan pada organ lambung. Maag akut adalah peradangan dan pembengkakan yang terjadi pada lapisan lambung secara tiba-tiba yang mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa, namun sifatnya sementara. Dikutip dari FK UI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, Dokter Spesialis Gastroenterologi FKUI-RSCM mengatakan bahwa GERD dan maag bukanlah penyakit seumur hidup sehingga bisa disembuhkan.

Menurut Prof. Ari, penyakit maag hanya terjadi di lambung saja dengan gejala seperti nyeri uluhati, begah, mual, muntah, kembung, cepat kenyang dan sendawa. Sedangkan gejala utama dari GERD adalah rasa panas di dada dan mulut terasa pahit. Orang bisa kena GERD dan maag sekaligus tapi kalau murni GERD, dia biasanya enggak ada gejala-gejala di lambung,” ujar Prof. Ari.

Citation Footnote 3:

Di dunia, insiden gerd sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Angka kejadian gerd di Indonesia cukup tinggi dengan kasus 30.154 (4,9%).

Citation Footnote 4:

The most common symptom of GERD is persistent heartburn, which may involve:

  • a burning feeling in your stomach that may rise to your chest, neck, and throat
  • a sour or bitter taste at the back of your mouth
  • regurgitation of food or liquid from your stomach into your mouth

Other possible symptoms of GERD include:

  • a feeling of fullness or of a lump in the back of your throat (globus sensation)
  • chronic cough
  • a hoarse voice
  • bad breath

In some cases, people may experience alarm symptoms associated with GERD. These are typically persistent and could progressively worsen despite medical treatment. Alarm symptoms may also indicate an underlying condition.

Alarm symptoms may include:

  • difficulty swallowing (dysphagia)
  • pain when swallowing (odynophagia)
  • nausea or vomiting
  • weight loss
  • anemia bleeding

Citation Footnote 5:

Chest pain, typically in the center or left side, may be a sign that a person is having a heart attack. However, other conditions, such as gastroesophageal reflux disease (GERD), can also cause chest pain.

Acid reflux occurs when acid from the stomach leaks up into the food pipe, or esophagus. One of the most common symptoms of acid reflux is heartburn, which is a painful burning sensation in the center of the chest just behind the breastbone, or sternum.

A common symptom of a heart attack is pain or discomfort that typically occurs in the center or left side of the chest. This pain may come and go, and its severity can range from mild to severe. It can also sometimes feel like heartburn or indigestion.

Citation Footnote 6:

Beberapa faktor risiko terjadinya refluks gastroesofageal antara lain: obesitas, usia lebih dari 40 tahun, wanita, ras (India lebih sering mengalami GERD), hiatal hernia, kehamilan, merokok, diabetes, asma, riwayat keluarga dengan GERD, status ekonomi lebih tinggi, dan skleroderma.

Pada sebagian orang, makanan dapat memicu terjadinya refluks gastroesofageal, seperti bawang, saos tomat, mint, minuman berkarbonasi, coklat, kafein, makanan pedas, makanan berlemak, alkohol, ataupun porsi makan yang terlalu besar.

Citation Footnote 7:

How to get rid of acid reflux

If you've been having repeated episodes of heartburn — or any other symptoms of acid reflux — you might try the following:

  1. Eat sparingly and slowly

    When the stomach is very full, there can be more reflux into the esophagus. If it fits into your schedule, you may want to try what is sometimes called "grazing" — eating small meals more frequently rather than three large meals daily.

  2. Avoid certain foods

    People with acid reflux were once instructed to eliminate all but the blandest foods from their diets. But that's no longer the case. We've evolved from the days when you couldn't eat anything.

    But there are still some foods that are more likely than others to trigger reflux, including: mint, fatty foods, spicy food, tomatoes, onions, garlic, coffee, tea, chocolate, alcohol.

    If you eat any of these foods regularly, you might try eliminating them to see if doing so controls your reflux, and then try adding them back one by one.

  3. Don't drink carbonated beverages

    They make you burp, which sends acid into the esophagus. Drink flat water instead of sparkling water.

  4. Stay up after eating

    When you're standing, or even sitting, gravity alone helps keeps acid in the stomach, where it belongs. Finish eating three hours before you go to bed. This means no naps right after lunch, and no late suppers or midnight snacks.

  5. Don't move too fast

    Avoid vigorous exercise for a couple of hours after eating. An after-dinner stroll is fine, but a more strenuous workout, especially if it involves bending over, can send acid into your esophagus.

  6. Sleep on an incline

    Ideally, your head should be six to eight inches higher than your feet. You can achieve this by using extra-tall bed risers on the legs supporting the head of your bed. If your sleeping partner objects to this change, try using a foam wedge support for your upper body. Don't try to create a wedge by stacking pillows. They won't provide the uniform support you need.

Citation Footnote 8:

How does obesity contribute to GERD? Carrying extra weight on your body puts added pressure on your stomach. This can lead to more stomach acid traveling up into your esophagus. This causes heartburn, belching, chest pain, and other uncomfortable GERD symptoms.

Citation Footnote 9:

Smoking and heartburn
They can also cause a condition called gastroesophageal reflux disease (GERD). The esophagus is protected from these acids by the esophageal sphincter. This is a muscular valve that keeps fluids in your stomach. But smoking weakens the sphincter.

Citation Footnote 10:

Now the proton-pump inhibitor drugs (PPIs) have eclipsed the H2 blockers as the most commonly prescribed agents to reduce stomach acid. PPIs include lansoprazole (Prevacid), omeprazole (Prilosec), pantoprazole (Protonix), rabeprazole (AcipHex), and esomeprazole (Nexium). They are prescribed to both prevent and treat ulcers in the duodenum (where most ulcers develop) and the stomach. They also counter the various problems that occur when stomach acid escapes into the esophagus, which — if it happens on a regular basis — is a condition called gastroesophageal reflux disease (GERD). In most head-to-head trials, the PPIs have proved to be superior to the H2 blockers